ESSAY PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN
“MASALAH PERTANIAN DI INDONESIA”
Dosen Pengampu :
Fawzy Muhammad B., SP., MP.
Disusun Oleh :
AZIZAH NURUL HAWIYAH (1810631090150)
1B AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2018
MASALAH PERTANIAN DI INDONESIA
Negara
saya tercinta Indonesia yang dikenal kaya akan sumber daya alam namun sebagian
besar masyarakatnya masih berada dalam garis kemiskinan. Sumberdaya
pertambangan, sumber daya hutan, sumberdaya di dalam lautan, dan lain-lain.
Tak
terbayangkan kekayaan yang masih tersimpan di dalam bumi Indonesia, yang ada di
lautan baik di permukaan atau di perut bumi. Tak terbayangkan jutaan bahan
tambang seperti emas, perak, tembaga dan bahan tambang lain, jutaan ton ikan
dan sumber protein hewani lain, serta jutaan ton minyak dan kekayaan lain yang
masih belum digali.
Kelebihan
lain selain sumber daya alam yang melimpah, Indonesia di anugrahi dengan letak
wilayah yang strategis dengan iklim tropis, suhu di Indonesia yang sangat
optimal sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. Hampir segala jenis tanaman yang
ada di wilayah dunia lain dapat tumbuh di tanah Indonesia ini. Bahkan ada
pepatah yang bilang bahwa tongkat yang ditanam di atas bumi indonesia pun akan
dapat menjadi pohon karena kesuburan tanahnya, luar biasa bukan?
Dengan
segala potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan letak geografis serta
iklim tropisnya itu seharusnya pada saat ini Indonesia menjadi negara yang maju
dalam bidang pertanian pada khususnya. Namun faktanya kondisi pertanian kita
pada masa kini sangat terpuruk, sungguh kondisi yang sangat ironis.
Dari
sejarah yang pernah saya baca, pada era tahun 1980-an negara Indonesia menjadi
negara pengekspor utama beras di wilayah asia. Dahulu kala negara seperti
Malaysia yang pernah belajar bagaimana cara bercocok tanam ke Indonesia kini
justru kondisinya terbalik, kini Indonesia yang belajar pada mereka. Kini
kitalah (penduduk Indonesia) yang
membeli beras dari mereka. Sungguh aneh bukan?
Haruslah
dipahami oleh semua pihak akan peran pentingnya sektor pertanian. Pertanian
menjadi alat untuk stabilitas ekonomi dan politik dalam suatu negara. Pertanian
menjadi alat pemersatu bangsa hal ini sangat beralasan karena pada dasarnya
pangan adalah kebutuhan yang paling primer (dasar) yang harus dipenuhi baik
untuk sekedar bertahan hidup maupun untuk meningkatkan gizi. Bangsa yang
tercukupi gizinya akan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju.
Berikut
saya kutip dari salah satu sumber berita terkait dengan permasalahan ini, Dr. Iskandar
Andi Nuhung menyampaikan argumentasinya bahwa : "lebih dari 60 % penduduk
Indonesia hidup dari sektor pertanian, berdiam di pedesaan dan merupakan
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka golongan masyarakat inilah
yang harus menjadi titik sentral pembangunan nasional terutama dalam pengarahan
investasi”.
Saya
pribadi (Penulis) sepakat dengan pendapat ini dan membenarkan karena telah
terdapat fakta dan bukti yang kuat. Pada masa yang lalu ketika pertanian
menjadi sentral pembangunan, secara personal petani kita menjadi sejahtera dan
dalam konteks negara, mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984.
Dalam
hal ini, saya akan memaparkan secara umum
dari masalah pertanian di Indonesia pada setiap pulau yaitu pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Berikut paparannya :
1.
PULAU SUMATERA
Di Sumatera Barat
mengalami masalah pertanian khususnya mengenai keterbatasan lahan dan sektor
industri yang masih kesulitan berkembang. Seperti lahan pertanian di Padang
terancam alih fungsi lahan. Disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat. Sehingga lahan yang dipakai untuk pertanian dialih fungsikan
menjadi tempat pemukiman penduduk.
Di Sumatera Selatan
selama ini masih menjadi salah satu lumbung besar padi, namun terlihat masih
banyak permasalah dalam sektor ini. Permasalahan pertama dilihat dari ketidakstabilan
harga setiap menjelang panen. Setiap kali petani masuk dimusim panen malah
harga turun.
Pertanian
Indonesia di Pulau Sumatera menghadapi sedikitnya lima persoalan pokok yang
harus diatasi, diantaranya penurunan kuantitas dan kualitas lahan pertanian,
kurangnya infrastruktur pendukung, kelemahan sistem alih teknologi, akses
permodalan, dan panjangnya mata rantai hasil pertanian. Ke lima persoalan
tersebut itulah yang menjadikan pertanian di Indonesia mengalami kelemahan.
Padahal Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia.
2.
PULAU JAWA
Pulau Jawa dikenal
sebagai lumbung padi karena kesuburan tanahnya dan banyak pertanian padi di
pulau jawa. Pulau Jawa yang memiliki potensi yang cukup baik, juga tidak lepas
dari berbagai permasalahan umum di bidang pertanian, seperti penyempitan lahan,
program urbanisasi, fakkor pasca panen, pola pikir masyarakat pedesaan yang
masih belum berkembang, permasalahan lahan yang sudah dan miskin unsur hara
tanah, permasalahan pupuk, permasalahan benih tanaman pangan, permasalahan
pemasaran hasil pertanian, dan OPT (organisme pengganggu tanaman).
3.
PULAU KALIMANTAN
Produksi
Pangan di pulau Kalimantan kurang karena petani sudah tua dan tak ada penerusnya.
Pertama, Kalimantan masih kekurangan tenaga pertanian. Selanjutnya banyak para
petani mengeluhkan alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan dan
peternakan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan dan peternakan telah
menimbulkan hama tikus yang menyerang tanaman padi. Terkait masalah tersebut,
pemerintah Kalimantan mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan alih fungsi
lahan selain untuk kegiatan pertanian yang juga dilakukan oleh petani secara
mandiri, kecuali sebelum alih fungsi lahan pertanian digarap menggunakan dana
atau bantuan pemerintah pusat.
4.
PULAU SULAWESI
Masalah yang paling mendasar adalah masalah kurang nya peningkatan pada irigasi. Data menunjukkan bahwa irigasi di Indonesia rusak sebanyak 52% atau sebesar 3,2 juta irigasi yang rusak. Kedua masalah pupuk yang harganya masih mahal sehingga sedikit petani yang mampu untuk membeli pupuk. Ketiga adalah penyebaran bibit yang kurang baik sehingga tidak semua petani tidak mendapatkan bibit yang baik dari pemerintah. Keempat adalah masalah yang paling berbahaya dimana 10 tahun yang lalu ada 31 juta rumah tangga yang mengelola pertanian tetapi sekarang hanya ada 26 juta keluarga tani yang mengelola pertanian. Yang kelima adalah masalah kurangnya tenaga penyuluh,yang menyebabkan kurangnya ide-ide baru untuk para petani.
5.
PULAU PAPUA
Permasalahan di Papua
banyak yang menyangkut pertanian seperti pembuatan irigasi yang belum tertata
baik. Namun saat ini kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat (PUPR)
terus melakukan pembangunan dan rehabilitas bendungan serta jaringan irigasi
untuk mendukung pertahanan pangan di Pulau Papua.
Permasalahan
selanjutnya yaitu keterlambatan datangnya pupuk dan bibit, sedangkan musim
tanam sudah memasuki waktunya. Padahal para petani di daerah itu telah siap
untuk menanam berbagai macam tanaman. Hal ini disebabkan karena medan yang
sulit ditempuh oleh alat transportasi.
Selain itu, petani yang berada di daerah Papua juga cenderung menutup
diri terhadap perkembangan teknologi yang dibawa oleh masyarakat luar sehingga
teknologi sulit berkembang didaerah tersebut.
Motivasi bertani di
daerah Papua juga relatif rendah. Motivasi rendah disebabkan oleh pengetahuan
dan skills bertani yang masih rendah. Hal ini berkaitan dengan latar belakang
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman usaha. Dalam skill dan pengetahuan
yang rendah ini, produksi pertanian menjadi rendah pula.
Pemasalahan yang
selanjutnya Pelayanan instansi teknis rendah. Disebakan oleh sumber daya staff
pertanian rendah dan ketersediaan dokumen rencana pertanian yang rendah pula.
Rendahnya ketersediaan dokumen disebabkan oleh belum dimanfaatkannya kajian
lapangan sebagai database karena relatif kurang diberikan kajian atau studi
database.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
pertanian di Indonesia, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu internal dan eksternal.
faktor internal dan eksternal saling berpengaruh antar satu sama lain. Faktor
internal ini didefinisikan sebagai faktor yang ada dalam ruang lingkup petani
dan faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar lingkup petani.
·
Faktor internal
yang menjadi permasalahan di Indonesia antara lain:
a.
Permodalan,
sebagian besar petani tidak memiliki modal yang besar untuk mengembangkan usaha
taninya.
b.
Prasarana produksi,
modal yang kurang menyebabkan petani tidak mampu membeli sarana produksi
seperti benih, bibit, pupuk dan pembasmih hama.
c.
Keterampilan,
sebagian besar petani masih jarang yang mendapat pendidikan yang layak,
kebanyakan dari mereka tidak pernah duduk di bangku sekolah.
d.
Pengetahuan dan pola pikir, belum memiliki pandangan agar usahanya lebih maju
ke depan dan tidak ada usaha untuk meningkatkan pengetahuannya, baik dari segi
tekni maupun non teknis.
e.
Manajemen produksi,
produksi yang dilakukan petani belum sampai pada profit oriented namun lebih
merupakan cara hidup.
f.
Motivasi,
motivasi untuk bertani terkadang menurun bahkan hilang. Petani lebih memiliki
melakukan urbanisasi dan bekerja sebagai buru pabrik.
·
Faktor
eksternal, antara lain:
a.
Kebijakan pemerintah
1)
kebijakan impor,
kegiatan impor lebih digalakkan sehingga produk lokal kalah bersaing sehingga
petani mengalami kerugian.
2)
kebijakan subsidi,
adanya pencabutan subsidi untuk saprodi baik itu benih ataupun pupuk.
3)
kebijakan alih
fungsi lahan, lahan pertanian semakin berkurang dengan semakin majunya
industri baik itu manufaktur, perumahan dan lain. Lahan pertanian yang subur
menjadi sasaran utama bagi pebisnis bidang manufaktur dan perumahan.
4)
kebijakan
finansial, belum adanya lembaga khusus permodalan yang menjadi penopang sektor
pertanian, ada wacana untuk mendirikan bank pertanian yang menawarkan suku
bunga 5-6% bagi petani namun hingga saat ini hanya masih menjadi sebuah wacana.
5)
Kelembagaan,
kelembagaan di sektor pertanian telah banyak yang tidak aktif seperti HIPA,
KUD, dan Kelompok Tani.
b.
Kebijakan dan isu global
Adanya
perdagangan bebas, WTO, C-AFTA, dan terakhir MEA, politik penyesuaian struktur
dari Bank Dunia (SAP) dan IMF. Perdagangan bebas yang terjadi hampir di
berbagai wilayah dunia secara nyata memberikan dampak yang luar biasa terhadap
kondisi pertanian dalam negeri (faktor internal).
Keikutsertaan
dalam perjanjian perdagangan bebas tanpa adanya kesiapan yang matang, praktis
membuat pasar dalam negeri dibanjiri oleh produk dari luar negeri. Hal ini
adalah sebuah resiko yang berdampak secara sistemik yang dapat meningkatkan
jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan.
Solusi
yang dapat saya sarankan atas permasalahan-permasalahan pertanian yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah atau
pihak yang berkepentingan memberikan penyuluhan atau pelatihan langsung kepada
petani untuk dapat memaksimalkan lahan yang sempit tersebut agar dapat
menghasilkan hasil pertanian yang maksimal, contohnya adalah dengan sistem
pertanian tumpang sari dimana di sekitar pematang sawah ditanami tanaman jenis
lainnya misal kacang panjang atau jagung. hasil tanaman yang menumpang ini
dapat dimanfaatkan sendiri atau dijual untuk menambah penghasilan bagi petani.
2) Memberikan
bantuan finansial terhadap petani, caranya dengan mengembangkan kelompok tani
didesa-desa, dalam kelompok tani ini diberi pinjaman oleh pemerintah untuk
mengolah modal ini agar terjadi perputaran modal. dalam kelompok tani ini juga
dapat dikembangkan simpan pinjam diantara anggota tentunya dengan bunga yang
relatif rendah. selain secara finansial kelompok tani akan memberikan banyak
keuntungan bagi petani-petani keci di desa antara lain: dapat memberikan
bantuan pupuk dan benih unggul secara cuma-cuma bagi anggota kelompok tani,
sesama anggota saling bertukar informasi harga hasil pertanian sehingga tidak
ada petani yang menjual hasil taninya terlalu rendah, pemerintah akan lebih
mudah dalam memberikan penyuluhan tentang pertanian karena dikelompok tani
dikenal adanya ketua yang memandu semua anggota.
3) Satu-satu nya
cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan teknologi yang saat
ini dipakai oleh petani caranya dengan lebih banyak mengadakan penelitian oleh
ilmuwan dalam negeri agar dapat menghasilkan teknologi tepat guna dengan harga
lebih murah dan penggunaan yang mudah oleh petani-petani kecil yang kebanyakan
memiliki tingkat pendidikan yang relaif lebih rendah.
4) Meningkatkan
sistem irigasi yang saat ini sudah ada atau membuat sistem irigasi yang baik
didaerah yang belum terdapat saluran irigasinya. jika sistem irigasinya sudah
bagus dan petani dapat dengan adil memabagi air irigasi tentunya musim kemarau
tidak akan lagi menjadi penghambat musim tanam tiba.
5) Pihak terkait
memberikan penyuluhan atau pelatihan kepada petani prosuder pengolahan hasil
pertanian tersbut agar menjadi produk yang lebih tinggi nilai jualnya. contoh
nya untuk hasil ubi jalar dapat diolah menjadi kue dengan harga yang lebih
mahal dibanding saat masih dalam bentuk ubi jalar.
6) Regulasi
konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya
dilindungi oleh Undang-undang
7) Pemerintah
seharusnya memberikan subsidi yang lebih banyak untuk pupuk agar petani lebih
mudah memperoleh pupuk dan dengan harga yang murah.
8) Meningkatkan
produktivitas lebih tinggi bagi petani salah satu nya adalah membuat proyek
padat karya yang dikerjakan oleh sebagian besar petani, hal in bertujuan untuk
menghilangkan kesongan yang terjadi pada petani saat menunggu penen tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar