LAPORAN HASIL PRAKTIKUM DIFUSI DAN OSMOSIS

 

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

BIOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAMAN

DIFUSI DAN OSMOSIS

 “TANAH (LIAT, GEMBUR, BERPASIR)”

 

Disusun oleh  :

KELOMPOK 3

1-B Agroteknologi

 

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

KARAWANG

2018


 PEMBAHASAN 

Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh- contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi, difusi zat melalui membran, difusi oksigen dalam membran polimer. Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro tetapi juga skala makro, seperti difusi gas dalam galaksi. Model dasar yang digunakan dalam penelitian tentang difusi biasanya adalah hukum Fick namun bentuknya akan bervariasi sesuai dengan asumsi-asumsi peneliti.

Difusi merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti CO2, O2 dan masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, H2O meliputi :

1)      Beda suhu

Setiap zat cenderung dalam keadaan bergerak. Tenaga gerak semakin besar pada suhu yang semakin tinggi, sehingga gerak zat akan semakin cepat.

2)      Beda konsentrasi

Perbedaan konsentrasi zat membangkitkan tenaga gerak suatu zat.

3)      Beda tekanan

Pergerakan zat juga terjadi karena adanya beda tekanan antara dua daerah. Misalnya, antara daerah di sekitar akar (rizhosfer) dengan keadaan di dalam sel / jaringan.

 

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, gembur dan liat. Untuk membedakan masing-masing tekstur tanah dapat dilihat ciri–ciri dari ketiga tekstur tanah tersebut. Selain itu, setiap tekstur tanah mempunyai karakteristiknya masing–masing. Karakteristik tekstur pasir yaitu daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori besar lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain. Karakteristik tekstur gembur yaitu pasir kecil, yang tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Karakteristik tekstur liat yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.


Foto saat Proses Praktikum Berlangsung

 

 

 

 

 

 

 

 



Jika membutuhkan dokumen lengkapnya format Ms. Word langsung saja KLIK DISINI

 

PENGAMATAN 

Tabel hasil uji difusi & osmosis terhadap tanah

No

Hasil Uji  Difusi & Osmosis

Keterangan

Sebelum dimasukkan ke dalam air

Sesudah dimasukkan ke dalam air

1

TANAH LIAT

Berat menjadi bertambah dengan pertambahan sebesar 0.31 gram dari berat awal

 

Berat : 124.86 gram

 

Berat : 125.17 gram

 

2

 

TANAH GEMBUR

Berat menjadi bertambah dengan pertambahan sebesar 8.68 gram dari berat awal

 

 

 

Berat : 90.28 gram

 

 

 

Berat : 98.96 gram

 

3

TANAH BERPASIR

Berat menjadi bertambah dengan pertambahan sebesar 0.3 gram dari berat awal

 

Berat : 118.04 gram

 

 

Berat : 118.34 gram

 

    Hasil Pengamatan

Berdasarkan Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa berat pada masing-masing tanah berbeda baik sebelum dimasukkan ke dalam air maupun sesudah dimasukkan ke dalam air . Pada tanah pasir memiliki pertambahan sebesar 0,3 gram, pada tanah liat memiliki pertambahan sebesar 0,31 gram dan pada tanah gembur memiliki pertambahan sebesar 8,68.

Sesuai dengan sifatnya, tanah dapat menahan air. Tanah liat terdiri dari partikel sangat kecil berkurang koloid dengan banyak permukaan hidrofilik. Jadi air yang kadarnya lebih rendah daripada kapasitas lapang sebagian besar di tahan oleh daya tarik antara molekul air dan permukaan partikel tanah liat. Tanah yang kaya akan tanah liat dan humus (atau tanah bertekstur sedang) mampu menahan air paling banyak.

Sedangkan pada tanah pasir menahan air paling rendah. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi gembur akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah.

Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi semakin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur gembur dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur gembur.


    Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan sebelumnya larutan tanah yang memiliki luas tak terbatas, pada umumnya memiliki konsentrasi yang rendah, jadi defisit tekanan difusi ada rendah (sedikit). Pemasukan air dari tanah ke dalam sel-sel akar dengan jalan difusi dan osmosis berdasarkan hukum gas yang berlaku juga untuk zat cair dan zat padat. Air berdifusi dari suatu larutan yang encer ke larutan yang lebih pekat, atau dengan kata-kata lain, air berdifusi dari daerah yang defisit tekanan difusinya kecil ke daerah yang defisit tekanan difusinya besar. Keadaan seperti ini kita jumpai pada larutan tanah, pada umumnya larutan tanah merupakan larutan yang konsentrasinya jauh lebih rendah daripada konsentrasi larutan yang ada di dalam sel-sel akar. Hasil penyelidikan menunjukkan pula bahwa nilai osmosis sel-sel tanaman itu mengalami perubahan sesuai dengan keadaan air di dalam tanah

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa difusi dan osmosis merupakan transpor pasif zat. Selain difusi dan osmosis juga ada difusi terfasilitasi yang juga merupakan transpor pasif. Difusi adalah pergerakan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi. Sedangkan osmosis adalah pergerakan zat melalui membran dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi adalah temperatur, ukuran molekul, berat molekul, gradien konsentrasi, luas permukaan membran, kelarutan, dan jarak tempat berlangsungnya difusi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis adalah temperatur, zat terlarut, luas permukaan, jarak zat terlarut dan pelarut, ukuran molekul, dan tebal membran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Frank, Salisburry B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung

Kohnke, H. 1989.  Fisika Tanah. Terjemahan B.D. Kertonegoro. Jurusan Tanah Fak. Pertanian UGM. Yogyakarta. 264

Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

 

Jika membutuhkan dokumen lengkapnya format Ms. Word langsung saja KLIK DISINI

BUDIDAYA DAN MUTU HASIL TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

 

BUDIDAYA DAN MUTU HASIL TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

MAKALAH

Tugas Ilmiah

Disusun oleh  :

KELOMPOK 2

 

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

KARAWANG

2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Budidaya dan Mutu Hasil Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)” ini dengan lancar. Tak lupa shalawat serta salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada para sahabatnya, para keluarganya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini kita menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak Sahlan Mutjaba, S.S., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas serta tak lupa kepada semua pihak yang telah bekerjasama dengan baik, sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat pada waktunya

Seiring dengan ucapan terimakasih, kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, seperti hal nya makalah yang kami buat masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif agar dalam kegiatan yang akan datang dapat lebih baik lagi.

            Akhir kata, Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiiinn

 

 

Karawang, 06 Desember 2018

 

 

Penulis                    

Kelompok 2               

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………1

Daftar Isi…………………………………………………………………………..2

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….....3

1.1.  Latar Belakang…………………… ………………………………………….3

1.2.  Rumusan Masalah………………………………………………………….....3

BAB II Pembahasan…………………………………………………………….....4

1.1.  Klasifikasi Tanaman Kakao…………………………………………………..4

1.2.  Syarat Tumbuh Tanaman Kakao……………………………………………...4

1.3.  Budidaya Tanaman Kakao……………………………………………………5

1.4.  Mutu Hasil Kakao…………………………………………………………….7

BAB III Penutup………………………………………………………………….8

1.1.  Kesimpulan………………………………………………….………………..8

1.2.  Saran……………………………………………………………..……………8

Daftar Pustaka…………………………………………………..………………..10

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor nonmigas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri. Di pihak lain ada kecenderung timbulnya faktor–faktor pembatas di negara–negara pengekspor kakao. Hal ini akan meningkatkan perkakaoan kita.

Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan lain-lain. Namun yang paling menentukan adalah proses fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Demikian pula adanya mata rantai yang cukup panjang sebelum diekspor, yang memungkinkan terjadinya percampuran berbagai mutu biji kakao. Hal ini juga akan menurunkan mutu keseluruhan biji yang kita ekspor. Selanjutnya mengurangi daya saing kakao kita di luar negeri, bahkan tidak menutup kemungkinan ekspor kakao kita di tolak.

Apabila mutu kakao kita tidak ditingkatkan akhirnya yang rugi adalah para pekebun, terutama petani kakao yang jumlahnya terbesar. Dan bila hal ini berlanjut akan timbul kelesuan di bidang usaha perkakaoan kita, yang berakibat lesunya kakao kita di mata dunia.

Dalam pembahasan kali ini akan dibahas tentang budidaya sampai mutu hasil dari tanaman kakao dengan harapan kita dapat ikut andil dalam usaha  meningkatkan mutu kakao kita, khususnya kakao rakyat yang relatif masih rendah.

1.2.  Rumusan Masalah

1)      Bagaimana klasifikasi tanaman kakao?

2)      Apa saja syarat tumbuh tanaman kakao?

3)      Apa saja tahapan dalam budidaya tanaman kakao?

4)      Bagaimana mutu hasil kakao setelah dibudidayakan?

 

BAB II

PEMBAHASAN 

1.1.  Klasifikasi Tanaman Kakao

Tanaman kakao termasuk marga theobroma, suku dari strerculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan Negara. Tjitrosoepomo (1985) mengklasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut :

Kingdom       : Plantae

Divisi                        : Spermatophyta

Sub-divisi      : Angiospermae

Kelas             : Dicotyledonae

Sub-kelas      : Dialypetalae

Ordo             : Malvales

Famili            : Strerculiaceae

Genus            : Theobroma

Spesies          : Theobroma cacao L.

Kakao merupakan “tanaman industri yang berupa pohon dengan tinggi mencapai 9 m, daun bertangkai, bulat telur terbalik memanjang, meruncing, ukuran 10-48 x 4-20 cm, bunga berkelamin 2, berbilangan 5 pada berkas ketiak atau cabang mama, buah bentuk omblong, panjang 5-30 cm, merah sampai coklat, biji 20-30, bentuk seperti buncis, perbanyakan dengan biji”.(Kulistyarini dkk 2013:201)

1.2.   Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

a.    Iklim

Faktor iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu, dan angin. Distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih penting daripada curah hujan tahunan kakao lebih cocok bila bulan kering tidak melebihi dari 3 bulan. Curah hujan yang relatif rendah misalnya 1300 - 1500 mm tiap tahun, tetapi distribusinya merata sepanjang tahun, pertumbuhan kakao lebih baik daripada curah hujan sekitar 3000 mm tiap tahun, tetapi memiliki musim kering selama 5 bulan.

Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30º - 32ºC, sedangkan suhu minimum sekitar 18º - 21ºC. Angin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kakao, angin yang terlalu kencang akan merusak dan merugikan tanaman kakao terutama pada daunnya.

b.   Tanah

Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir, dan lempung liat berpasir. Tanaman kakao juga dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH 6,0 - 7,5.

1.3.   Budidaya Tanaman Kakao

1.3.1.      Pembibitan

Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh tersedianya benih dan bibit yang baik. Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu:

a)      Dekat sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindung dari angina yang kencang dan sinar matahari langsung, dan tidak terganggu oleh hama.

b)      Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angina yang kencang. Naungan dapat berupa tanaman hidup seperti Lamtoro, Glyricidia yang ditanam dengan jarak tanam 2 x 3,6 m. Naungan sementara dapat juga dengan daun kelapa, kelapa sawit, daun tebu, atau anyaman bambu. Naungan menghadap ke Timur dengan tinggi 1,8 – 2 m.

c)      Media polybag adalah campuran dari tanah yang subur (top soil), pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 atau 2:2:1.

d)     Polybag yang dipergunakan adalah yang transparan atau berwarna hitam dengan ukuran 30 x 20 cm tebal 0,8 mm dan lubang sebanyak 18. Selanjutnya medium dimasukkan ke dalam polybag yang sudah berisi media sekitar 6 kg.

e)      Sebelum diisi dengan kecambah, polybag diatur dengan jarak 15 x 15 cm atau 15 x 30 cm. namun ada pula yang rapat dengan maksud pada umur 2 bulan nanti dilakukan penjarangan 30 x 30 cm.

f)       Kemudian disiram dengan gembor sampai cukup lembab dan bibit ditanam dalam lubang yang dibuat jari atau kayu. Setelah benih ditanam tanah sekitar bibit dipadatkan dengan jari secara pelan-pelan agar tidak sampai goyah pada saat disiram.

g)      Agar tidak rusak karena penyiraman dan kelembaban terjamin, maka di dalam polybag dapat diberi seresah dari cincangan rumput yang tidak mengandung biji.

Perbanyakan kakao dengan stek lebih menguntungkan sebab tanaman yang dihasilkan memiliki sifat-sifat yang sama dengan induknya dan kemampuan produksi merata, pendugaan produksi juga lebih mudah.

Keberhasilan usaha penyetekan kakao juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan misalnya suhu dan kelembaban. Suhu hendaknya tidak terlalu tinggi agar memudahkan pengendalian transpirasi dan reaksi-reaksi katabolisme dalam stek. Sinar matahari harus dalam keadaaan optimal untuk menekan respirasi stek dan agar stek tidak kekurangan nutrisi. Pembibitan disiram 3 kali sehari.

1.3.2.      Penanaman

Penanaman dilakukan setelah media tanam diberi lubang yang sudah ditutup kembali sekitar 1 bulan digali lagi sedalam polybag bibit kakao. Polybag dimasukkan dalam lubang tanam dan disayat dengan pisau dari bawah ke atas. Polybag yang sudah disayat ditarik dan dikumpulkan untuk dibuang. Bibit dalam polybag yang sudah berumur 4-6 bulan sudah siap dipindah.

1.3.3.      Pemupukan

Dosis unsur hara untuk tanaman kakao perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu faktor tanaman dan lingkungannya. Faktor yang berasal dari tanaman yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah umur dan produksi tanaman. Sedangkan faktor lingkungan adalah ada-tidaknya penaung, curah hujan, sifat fisika dan kimia tanah. “Jenis pupuk yang dapat digunakan adalah urea 46% N, ZA 21% N, TSP 46% P2O5, KCl 60% K2O, ZK 50% K2O, Kiserit 27% MgO, dan Dolomit 19% MgO”.(Susanto 1994:107)

1.3.4.      Pengendalian Hama dan Penyakit

Masalah hama dan penyakit kakao merupakan salah satu kendala yang perlu diperhitungkan. Sebagai contoh di PT perkebunan XXIII pada tahun 1979 biaya yang dikeluarkan untuk mengendalikan hama dan penyakit kakao mencapai 48,8% dari total biaya pemeliharaan tanaman. Beberapa spesies serangga yang menjadi hama utama tanaman kakao, yaitu:

a)      Penggerak buah kakao (Conopomorpha sp.)

b)      Kepik penghisap buah (Helopeltis sp.)

c)      Ulat kilan (Hyposidra talaka Walker)

d)     Penggerak batang atau cabang (Zeuzera coffea Nietn)

e)      Ulat api (Darna trima Moore)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara karantina, penyelubungan buah, rampasan, rampasan jangka panjang.

1.3.5.      Panen

Pemanenan dilakukan dengan mengamati warna kulit buah. Sedangkan buah yang berwarna merah bila masak akan menjadi jingga. Buah siap panen apabila dompolan biji sudah lepas dari kulit buah, dan bila digoncang-goncang akan berbunyi. Tingkat kemasakan buah sangat mempengaruhi hasil fermentasi, sebab itu panen harus tepat. Panen yang terlalu awal, mutu biji kering sangat rendah karena biji-bijinya gepeng dan keriput. Sebaliknya, panen yang terlambat akan menyebabkan biji tumbuh di dalam buah.

Untuk mengurangi pemanenan, yang tidak tepat, maka kepada para pemanen dapat diinstruksikan atau diberi ketentuan sebagai berikut:

1)      Tidak memanen buah yang masih muda.

2)      Waktu memanen tidak merusak bantalan buah.

3)      Cara memanen tidak boleh diputar dan harus menggunakan pisau potong yang tajam.

4)      Buah-buahan yang busuk harus disingkirkan.

5)      Pemanenan harus bersih, artinya tidak ada buah masak yang tertinggal.

6)      Tidak ada biji yang tercecer, pemanen harus teliti.

7)      Dan lain-lain.

Bila ketentuan-ketentuan ini dilanggar, maka pemanen dapat ditegur atau bahkan diberi sanksi pemotongan premi. Dengan cara ini para pemanen dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab sehingga tanaman tidak rusak dan umur ekonomisnya dapat lebih lama.

1.4.       Mutu Hasil Kakao

Mutu biji kakao ditentukan oleh berbagai faktor antara lain faktor prapanen dan pascapanen. Faktor prapanen misalnya jenis tanaman, teknik bududaya, pemanenan dan kondisi lingkungan. Sedangkan faktor pascapanen yang penting adalah proses fermentasi, pengeringan serta penyimpanan. “Biji yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0 - 1,2 gram atau sekitar 83 - 100 biji tiap 100 gram”.(Susanto 1994:175) 

 

BAB  III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

·    Tanaman kakao termasuk marga theobroma, suku dari strerculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan Negara.

·      Syarat tumbuh tanaman kakao dipengaruhi oleh faktor iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu, dan angina dan factor tanah bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air.

·         Budidaya tanaman kakao memiliki beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

1)      Pembibitan

2)      Penanaman

3)      Pemupukan

4)      Pengedalian hama dan penyakit

5)      Panen

·     Biji yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0 - 1,2 gram atau sekitar 83 - 100 biji tiap 100 gram.

1.2. Saran

Semoga makalah yang kami buat, dapat berguna dan bermanfaat bagi semua para pembaca. Tertutama untuk lebih mengetahui informasi mengenai cara pembudidayaan tanaman kakao. Maka perlu dilakukan budidaya tanaman kakao yang tepat untuk meningkatkan mutu hasil kakao di pasaran luar negeri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, F.X. 1994.TANAMAN KAKAO, Budi Daya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta: Kanisius

Kulistyarini, dkk.2013.Kamus Pertanian Umum.Jakarta: Penebar Swadaya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM DIFUSI DAN OSMOSIS

  LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAMAN DIFUSI DAN OSMOSIS   “TANAH (LIAT, GEMBUR, BERPASIR)”   Disusun oleh   :...